Wednesday, July 04, 2007

MARI BERMIMPI LAGI…, MIMPI BARU


tamparan malaikat Tuhan
tidak menjadikanku seperti Herodes
yang mati karena tidak bersedia memberi hormat
dan aku mulai bermimpi lagi
dalam kebebasan dan ketidaksempurnaan
seorang manusia yang mencintai kepedihannya

(caroline pintauli)


Pernahkan anda bermimpi dalam tidur? Pasti pernah. Namun biasanya anda lupa mimpi anda semalam-jika tidak terlalu seru. Atau jika anda ditanya beberapa jam kemudian, anda tidak mengingat mimpi itu seutuhnya.

Namun saya tidak begitu. Saya masih mengingat mimpi saya sewaktu kecil, sewaktu SD, sewaktu bertemu malaikat, sewaktu mati-roh saya meninggalkan tubuh melesat ke udara, sewaktu bertemu beberapa hantu ataupun makhluk halus lainnya, sewaktu merindukan orangtua saya, sewaktu melihat kejadian lampau, sewaktu seolah bertemu leluhur saya yang menyimpan emas, sewaktu sebelum keponakan saya meninggal, sewaktu ribuan ular mengepung saya dalam sebuah pulau dan berbagai mimpi seru lainnya.

Kenapa begitu? Saya sendiri tidak tahu.

Kata orang, alam bawah sadar kita yang membuat kita bermimpi, termasuk keinginan-keinginan yang terpendam. Sebagian orang berkata, mimpi itu bisa merupakan firasat atau tanda kejadian yang akan datang, sebuah pesan, sebuah ekspresi rasa tertekan dan sebagainya. Namun bisa saja mimpi tersebut hanya sebatas mimpi, numpang lewat dalam pikiran kita sebagai bunga-bunga tidur. Karena tidak semua orang, sengaja meluangkan waktu atau mau menyisakan waktu untuk menganalisis mimpi-mimpinya- di tengah kondisi yang serba cepat berubah dan tak menentu ini.

Namun kejadiannya menjadi aneh, jika seorang pemimpi seperti saya tiba-tiba berhenti bermimpi selama lebih dari 60 hari. Ada apa gerangan? Apakah saya tiba-tiba nyenyak tidur ataukah memang tidak tidur?

Yang pasti ini disebabkan bukan karena saya nyenyak tidur. Bagaimana mungkin seorang yang sedang bersedih dan terluka bisa nyenyak tidur? Setidaknya orang-orang terdekat saya menganggap begitu. Mereka menyebut saya orang baik yang ketimpa kemalangan. Mereka menyumpahi dan menghujat orang yang melukai saya-seolah keberadaan saya, kondisi saya, diri saya tidak pantas dilukai atau mereka gagal menemukan suatu alasan yang cukup relevan untuk seseorang bermaksud menyakiti saya.

Yup. Hidup ini seolah memang tidak adil kata teman-teman saya. Kenapa saya yang termasuk orang baik mengalami luka ini. Dari segi pandang teman-teman saya, mungkin seolah benar. Namun bagi orang yang melukai saya, itu adil, karena kehidupan saya selalu dipenuhi sukacita, keberuntungan dan kebahagiaan. Maka dia berasumsi sedikit luka justru merupakan keadilan. Ataukah dia berasumsi, dengan kondisi terluka mungkin saja saya akan berubah menjadi orang seperti dia? Orang-orang yang mengalami kepahitan dan kesakitan.

Dari sebuah buku saya dapatkan kalimat ini : yang dapat kita lakukan hanyalah mencoba bangkit melampaui pertanyaan ”mengapa itu terjadi?” dan mulai bertanya “apa yang dapat saya lakukan sekarang, sesudah hal itu terjadi”

Mampukan kita memaafkan dan mencintai orang-orang lain di sekitar kita, kendati mereka telah melukai kita dan membuat hati kita kecewa karena ketidaksempurnaan mereka?

Tanggapan itu dapat berupa respon Ayub dalam kisah Alkitab menurut versi MacLeish-memaafkan dunia atas ketidaksempurnaannya, memaafkan Tuhan atas ketidakmampuan-NYA menciptakan dunia yang lebih baik, mendekati orang-orang di sekeliling kita dan melanjutkan hidup tanpa mempedulikan itu semua.

Seorang teolog abad ini pernah menulis :

Ya Tuhan, tiada cukup kami hanya berdoa padaMU untuk mengakhiri peperangan; Sebab kami tahu, dunia ini telah Kauciptakan sedemikan rupa sehingga manusia harus menemukan jalannya sendiri menuju perdamaian dalam dirinya sendiri dan dalam diri sesamanya.

Ya Tuhan, tiada cukup kami hanya berdoa padaMu untuk mengakhiri bencana kelaparan; Sebab Engkau telah memberi kami segala macam sumber cukup untuk menghidupi dunia ini seluruhnya, asal saja kami dapat memanfaatkannya dengan bijak.

Ya Tuhan, tiada cukup kami hanya berdoa padaMU, untuk membasmi prasangka kami sampai ke akarnya, sebab telah Kauberikan mata kepada kami, untuk melihat kebaikan dalam diri semua manusia, asal saja kami dapat menggunakannya dengan benar.

Ya Tuhan, tiada cukup kami hanya berdoa padaMU untuk mengakhiri keputusasaan, sebab telah Kauberikan kekuasaan kepada kami untuk menggusur kemelaratan dan menegakkan harapan, asal saja kami menggunakan kekuasaan kami secara adil.

Ya Tuhan, tiada cukup kami hanya berdoa padaMU, untuk membasmi wabah, sebab telah Kau berikan budi cemerlang kepada kami untuk menemukan obat dan penyembuhan, asal saja kami menggunakannya secara konstruktif.

maka kami berdoa padaMU, ya Tuhan,
berilah kami kekuatan, keberanian dan niat yang kuat,
untuk berbuat, bukan hanya meminta,
untuk menjadi, bukan hanya mengharap belaka. (Jack Riemer-Likrat Shabbat)


1 comment:

Jonni Syah said...

Anggota KPU betulin genteng ?????
Gak salah tuh ?

Siapakah diantara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (matius 6:27)

Jika anda tahu bahwa Anda harus menunggu, mengapa tidak memilih untuk menikmati hidup ini sambil Anda menunggu? Mengapa tidak bergembira sementara Tuhan sedang bekerja mengubah sesuatu?

ANTUSIASME 2008

Sungai dan laut bisa merajai ratusan lembah adalah karena mereka lebih rendah dari lembah-lembah-lembah lainnya, maka mereka menjadi pemimpinnya.

sebab itu, kalau ingin mengatasi manusia bicaralah dengan gaya merendah, kalau ingin memimpin manusia, bicaralah dengan gaya seoloah-olah dirimu tertinggal di belakang.

Begitulah orang suci berada di atas tanpa memberatkan manusia lainnya, berada di depan tanpa menghalangi manusia lainnya, berada di depan tanpa menghalangi menusia lainnya maka seisi dunia merasa bahagia dan tak bosan mendorongnya.

Karena ia tak bersaing, maka ia tak tersaingi.. (laozi)