Monday, January 30, 2006

SUARA OMBAK SEMBILAN : a novel

Suara Ombak Sembilan
Bab I


Namaku Minerva. Menurut data, aku terlahir perempuan. Ketika kuliah di kedokteran, baru kupahami bahwa menjadi laki-laki atau perempuan adalah rangkaian rumit proses diferensiasi kromosom seks. Kadangkala proses diferensiasi itu gagal, maka terjadilah berbagai kelainan, sometimes mereka menyebutnya laki-laki suka laki laki, perempuan suka perempuan, laki-laki bersifat perempuan atau sebaliknya.

Tatkala para perempuan meributkan bagaimana memikat lelaki melalui kecantikan dan kemolekan tubuh, aku sudah selesai dengan kenikmatan alternatif yang diajarkan seorang laki-laki yang memiliki kehebatan bercinta, well, dia menjadikanku seakan sempurna. Karena itu aku tak butuh lagi simbol-simbol yang didambakan perempuan manapun di dunia ini, baik lewat iklan, undang-undang, agama atau bahkan aturan main yang ditetapkan masyarakat keblinger.kurasa.

Bahkan saat ini aku baru sadar akan kebenaran sejati, dimana tak ada lagi perbedaan perempuan atau laki-laki di "mata' Pencipta. Namun dalam kehidupan nyata seringkali kita mengutamakan laki-laki, menurut aturan turun temurun yang sama sekali tak adil atas nama pengendalian.

Siapakah perempuan? Bagaimanakah kehidupan seorang perempuan itu? Mengapa orang-orang di sekelilingku berkata, bahwa perempuan menjadi tak lengkap tanpa kehadiran laki-laki. Seolah hidup kami tak akan sempurna tanpa kata status menikah?

Sebagian dari kami meratap di sudut jalan atas nama uang, status, label, atas kemewahan kosmetik kapitalis, demi memuaskan mata laki-laki, bahkan semua mata laki-laki. Sebagian membelenggu diri demi nama baik, kehormatan, berpura-pura menjadi manusia lain, manusia palsu sambil tertawa kecil. Sebagian lagi memilih perlakuan tak adil atas nama kenyamanan, sebagian lagi membiarkan kelaminnya didefinisikan oleh laki-laki dari generasi ke generasi. Para ibu menasihati kami untuk tetap langsing agar suami tak selingkuh. Para orangtua menasihati anak gadisnya untuk tidak cerewet agar suami betah di rumah.

Tidak cukup hanya itu, tiba-tiba para lelaki mensyaratkan perempuan untuk punya penghasilan, bisa hamil, bisa mengerjakan pekerjaan rumah, bisa berdandan, bisa dibawa ke acara resmi, bisa merawat ibu mereka, bisa mengasuh anak, bisa menyediakan kopi, bisa selalu melayani di tempat tidur dan terutama dilarang marah jika penghasilan tidak cukup.

Untuk hal ini, tidak ada yang berhak mengatakan itu salah atau itu benar, hanya saja aku memilih untuk menjadi diriku, mencoba berjernih bebas menentukan jalan hidup, karena aku belajar dari suara alam, debur ombak di pantai selatan negeri ini, yang pada hitungan kesembilan, akan menghantam apapun di depanya, menyadarkanku akan ketidaksempurnaan manusia.

Untuk itu aku berterima kasih kepada semua sahabat, kekasih, orangtua dan semua orang yang menjadi inspirasiku, untuk semua yang memberi saran, kritik dan celaan. Kepada semua laki-laki yang kulibatkan dalam cerita ini, baik secara sengaja maupun tidak, yang mengajariku hidup, tentang pilihan bebas yang tak perlu disesali, tentang kematangan yang dibungkus sifat kekanakan seorang perempuan, tentang dan tentang mencintai tanpa syarat.

Terlebih rasa syukur kepada Perancang, Penulis Skenario Terbesar dalam hidup ini. DIA yang membiarkanku "mati berkali-kali", memampukanku hidup berkali-kali, memberi keberanian mengerjakan semua ini. Dia yang senantiasa “melempar” dan “menjerumuskan”ku kesana-kemari untuk belajar dan lebih belajar lagi mengasihi, demi sebuah pengenalan diri yang terus menerus, demi sebuah pelayanan yang tak henti-henti.
Siapakah diantara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (matius 6:27)

Jika anda tahu bahwa Anda harus menunggu, mengapa tidak memilih untuk menikmati hidup ini sambil Anda menunggu? Mengapa tidak bergembira sementara Tuhan sedang bekerja mengubah sesuatu?

ANTUSIASME 2008

Sungai dan laut bisa merajai ratusan lembah adalah karena mereka lebih rendah dari lembah-lembah-lembah lainnya, maka mereka menjadi pemimpinnya.

sebab itu, kalau ingin mengatasi manusia bicaralah dengan gaya merendah, kalau ingin memimpin manusia, bicaralah dengan gaya seoloah-olah dirimu tertinggal di belakang.

Begitulah orang suci berada di atas tanpa memberatkan manusia lainnya, berada di depan tanpa menghalangi manusia lainnya, berada di depan tanpa menghalangi menusia lainnya maka seisi dunia merasa bahagia dan tak bosan mendorongnya.

Karena ia tak bersaing, maka ia tak tersaingi.. (laozi)