Ada yang istimewa minggu ini. Bukan karena tahapan pemilu 2009 memasuki tahapan pencalonan legislatif masing-masing partai, bukan pula karena ada pemikiran saya mau diusulkan mendaftar jadi KPU Provinsi Sumut, atau maju jadi calon walikota siantar 2010 hi..hi, tapi karena kotbah minggu pagi 27 Juli 08 di GKPS Sudirman yang membahas mabuk tuak dan juga mabuk-mabuk lainnya. Ketika manusia mabuk, maka ia tidak dapat mengendalikan diri, tidak sadar akan kelakuannya, angkuh, tidak takut akan Tuhan, bahkan erani menghina Tuhan. Pas sebagai pelajaran untuk para calon RAJA/pemimpin!
Alakisah Raja Belsyazar raja orang kasdim yang sesat, dalam mabuk anggur, hawa nafsu dan pesta poranya menjadi hilang kendali dan berani-beraninya mengambil cawan emas dan perak dari Bait Suci untuk dipakai mabuk-mabukan.
Maka pada acara dugem tersebut, raja dibuat pucat, gelisah dan gemetar ketika melihat ada jari-jari angan manusia menulis sesuatu di dinding : Men'e men'e tek'el ufarsin. Apa artinya? Nanti saya jelaskan.
Tulisan yang dibuat "tangan ajaib" itu tidak dapat diartikan atau diterjemahkan oleh para ahli di kerajaan itu, dari mulai ahli nujum, ahli jampi, para kasdim, para orang bijak sehingga raja menjadi bingung dan makin gelisah.
Singkat cerita Daniel yang saat itu terkenal sebagai orang cerdas, rendah hati, penuh dengan roh para dewa, pada nya terdapat kecerahan dan hikmat yang luar biasa, mematuhi perintah Tuhan-mampu menterjemahkan tulisan peringatan di dinding, hingga akhirnya mendapat kemuliaan.
Sebagai penguasa Raja Belsyazar menjanjikan imbalan setimpal kepada bagi yang menterjemahkan tulisan itu. Demikian juga dengan Daniel dijanjikan pakain dari kain ungu, lehernya akan dikalungi emas dan akan mempunyai kekuasaan dalam kerajaan sebagai orang ketiga. Daniel dengan rendah hati berkata, "Tahanlah hadiah Tuanku, berikan pada orang lain, namun aku akan tetap membacakannya" Suatu sikap yang terpuji-bekerja bukan untuk diri sendiri, namun agar Nama Tuhan semakin dimuliakan. Bukan seperti raja yang meninggikan diri lebih dari "YANG MEMBERINYA NAFAS"
Maka diterjemahkanlah kata-kata di dinding. Men'e masa pemerintahan tuanku dihitung oleh Allah dan telah diakhiri Teke'l tuanku ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan Peres kerajaan tuanku dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia. Pada malam itu juga terbunuhlah Belsyazar, raja orang Kasdim itu.
Harusnya tulisan itu ada di tiap dinding para pemimpin dan pejabat negara ini untuk mengingatkan :-)