malaikat di sampingku mengingatkan tinggalkan dirimu
setanpun disampingku menyuruhku untuk bersamamu
ku cinta kau
ku tak bisa tinggalkan mu ataupun bersama mu
Suatu siang yang panas, ketika saya mengantri makan siang di sebuah restoran..datang sebuah sms.
‘Kak, lagi dimana? Ini kami pemuda gereja mau ketemu sekarang.’
Wah..ini permintaan atau perintah? Pasti urgent.
Ya sudah, mumpung saya ada waktu-karena di kantor mati lampu maka saya balas sms mereka.
‘Oke. Saya lagi di kota, kira-kira satu jam lagi, mau ketemu dimana?’
Sambil makan siang, saya berpikir…hmmm ada apa nich, tumben pada mau ketemu semenjak terakhir..kapan itu? bulan juli tahun lalu? Apa mereka mau pada mohon tinggal di rumah saya karena diusir?
Datang lagi sms ‘kami di sekretariat, kalau bisa kakak kemari atau mau ketemu dimana?’
Buset. Lagi-lagi ini permintaan atau perintah?
Saya balas ’oke bentar lagi saya datang.’
Setelah menghabiskan makan siang saya menuju kesana. Benarlah ternyata mereka mau bertanya apakah rumah kontrakan saya bisa dijadikan kantor untuk ruang baca para pemuda gereja-coz mereka butuh kantor yang luas untuk sekitar 50 orang.
‘Oke. Saya lagi di kota, kira-kira satu jam lagi, mau ketemu dimana?’
Sambil makan siang, saya berpikir…hmmm ada apa nich, tumben pada mau ketemu semenjak terakhir..kapan itu? bulan juli tahun lalu? Apa mereka mau pada mohon tinggal di rumah saya karena diusir?
Datang lagi sms ‘kami di sekretariat, kalau bisa kakak kemari atau mau ketemu dimana?’
Buset. Lagi-lagi ini permintaan atau perintah?
Saya balas ’oke bentar lagi saya datang.’
Setelah menghabiskan makan siang saya menuju kesana. Benarlah ternyata mereka mau bertanya apakah rumah kontrakan saya bisa dijadikan kantor untuk ruang baca para pemuda gereja-coz mereka butuh kantor yang luas untuk sekitar 50 orang.
Hmm kalau saja mereka minta hal ini sejak dulu-dulu tentunya jawaban saya akan berbeda. Bahkan itu cita-cita saya menjadikan rumah ini semacam pusat bertanya dan pusat baca buku.
Namun sudah banyak yang berubah semenjak saya trauma membuat rumah kontrakan saya sebagai Rumah Terbuka (baca: open house). Yang barang-barang hilanglah, yang buku dipinjam tidak baliklah, yang sembarangan pakai telepon lah..interlokal di siang hari lagi! Belum lagi soal orang-orang yang keluar masuk rumah, sehingga mengganggu privacy dan ketenangan saya, yang menjadikan rumah ini tempat kencanlah, bahkan pernah saya memfasilitasi pertemuan mulai dari makanan- yg saya masakin, plus cuci piring dan melayani layaknya pelayan restoran.Uh! Mau apa lagi anak-anak muda ini?
Kami meneruskan obrolan sambil menunggu listrik menyala. Dalam 2 minggu ini memang kota siantar menjadi kota menyebalkan. Bayangkan jam 3 pagi setiap hari listrik mati secara bergilir, baru menyala sekitar pukul 10 pagi..saat saya berangkat ke kantor maka pemadaman bergilir mengenai kantor saya sampai sekitar pukul 14. Lalu sambil menunggu listrik nyala di kantor maka saya mengerjakan kliping berita dari koran dan membaca buku. Jika belum menyala maka saya menyempatkan diri ke rumah sekedar mengecek. Ternyata di rumah pun listrik kembali mati hingga pukul 6 sore atau bahkan pukul 7 malam. Kalau masih beruntung maka tidak akan ada lagi pemadaman sampai jam 3 pagi, jika sedang sial maka sekitar pukul 10 malam akan terjadi pemadaman lagi!!!!! Ya ampun itupun kalau masih untung sekalian air ledeng mati juga dari pagi hingga jam 11 siang. Kalau ledeng pas nyala kita sudah ke kantor dan tidak ada yang menunggu air. Jadi bayangkan betapa menyebalkan kota siantar akhir-akhir ini.
Walhasil kami ngobrol ngalor ngidul siang itu, ditemani dua pendeta yang masih lajang. Dari mulai soal simalungun, sejarah sampai politik. Soal gereja, soal klenik, soal pernikahan, soal cinta, soal roh leluhur, soal menjadi orang besar, soal goliat yg pernah dalam sebuah film dikalahkan oleh xena.
Wah yang dibodohi film atau alkitab yang salah.hi..hi..hi.
Ngobrol punya ngobrol akhirnya kita sampai pada pembicaraan menggelikan soal istri kepala daerah. Mau gak atau pernah gak punya cita-cita jadi istri kepala daerah? Tanya kenapa? Katanya menjadi istri kepala daerah, jika gatal.. menggaruk pun harus punya “metoda halus dan sopan”
Oh ya? yang bagaimana itu metoda halus ? tanya saya.
Yach..musti pelan-pelanlah..jangan kasar-kasar macam perempuan kampung, menggaruk keras-keras bahkan sampai diangkat pula bajunya di depan publik. Hi..hi..hi saya tidak bisa menahan tawa membayangkan kalo saya jadi istri pejabat..pasti banyak mendapat protes karena penampilan saya yang cuek, sambil mengingat-ngingat apa kebiasaan jelek saya di depan umum.
Ada satu lagi kata mereka. Kalo jadi istri kepala daerah itu gak boleh tertawa ngakak, gak boleh 1]congok kalo makan.
Wakakkaaaaak…!!! tawa saya meledak. Ingat ketika jamuan makan malam Bulan Agustus tahun 2003 dalam rangka Hari Kemerdekaan, saya sempat dikomentari Pak Walikota saat itu yang bilang: wah banyak sekali makannya?
Wakakkaaaaak…!!! tawa saya meledak. Ingat ketika jamuan makan malam Bulan Agustus tahun 2003 dalam rangka Hari Kemerdekaan, saya sempat dikomentari Pak Walikota saat itu yang bilang: wah banyak sekali makannya?
Walau cuma becanda..namun artinya dalam. Rupanya trik kalo jadi pejabat-termasuk juga menjadi KPUD itu harus makan di rumah dulu, sehingga ketika jamuan di depan publik, hanya mengambil makanan sedikit saja-sekedar nyicip istilahnya, biar tidak kelihatan rakus dan tidak kampungan he..he..he. Lebih parah lagi kalau ada istri kepala daerah yang belum apa-apa sudah main bungkus makanan aja, karena katanya seharusnya ibu kepala daerah harus beda, tidak seperti ibu-ibu siantar pada umumnya. Ah, enggak semua begitu.
Jangan-jangan istri kepala daerah itu tidak boleh berperut buncit. He..he..he lagi-lagi saya tak tahan menahan geli. Lha iyalah..mosok jadi istri kepala daerah gak punya duit buat sedot lemak, operasi plastik dsb.
Ngomong-ngomong perut buncit saya punya pengalaman lucu sekaligus menjengkelkan. Bayangkan setiap mau masuk menyerahkan kertas boarding di ruang tunggu, hampir selalu pegawai nya bertanya: “Ibu sedang hamil?”Mula-mula saya jawab ” Ah tentu tidak.”
Besok-besok lagi ada yang bertanya serupa saya jawab :” Ah tidak, saya masih perawan kok!” dan raut wajah mereka menjadi merah padam.
Tapi yang terakhir kemarin, ada juga pegawai bandara yang bandel dan kurang ajar menurut saya. Kebetulan saya bersama teman lama yang menemani di ruang tunggu karena pesawatnya transit di jakarta, tentu saja kehadirannya membuat saya jadi lebih berani.
“Maaf ibu sedang hamil?”
“Oh tidak.”
“Lho kok perut ibu besar?”
Mana saya tahu, tanyalah Tuhan?” dan kami ngakak sepanjang sore itu diiringi muka masam petugas. Rasain lo!
Masih mending jadi istri walikota atau bupati, jadi istri Gubernur apalagi! Jangan-jangan kita bersin pun musti dengan tehnik halus-seperti menggaruk (bagaimana pula bersin dengan tehnik halus?) Apalagi saya punya kebiasaan makan bakso dan es kelapa di warung pinggir jalan, makan es krim sambil jalan kaki, nongkrong sama abang becak dan pedagang kaki lima.Oalah..
“Maaf ibu sedang hamil?”
“Oh tidak.”
“Lho kok perut ibu besar?”
Mana saya tahu, tanyalah Tuhan?” dan kami ngakak sepanjang sore itu diiringi muka masam petugas. Rasain lo!
Masih mending jadi istri walikota atau bupati, jadi istri Gubernur apalagi! Jangan-jangan kita bersin pun musti dengan tehnik halus-seperti menggaruk (bagaimana pula bersin dengan tehnik halus?) Apalagi saya punya kebiasaan makan bakso dan es kelapa di warung pinggir jalan, makan es krim sambil jalan kaki, nongkrong sama abang becak dan pedagang kaki lima.Oalah..
Kenapa begitu?, karena dengar-dengar mantan kekasih saya mau jadi gubernur bahkan wakil presiden hi..hi no thankslah! Saya tidak berbakat untuk itu. Yang paling membahagiakan saya adalah benar-benar orang yang bisa menolong orang lain, jadi rakyat yang walaupun miskin tapi merasa terhormat karena dapet duit bukan dari merugikan orang lain.
Bukan seperti pejabat-pejabat sekarang..pas udah masyarakat ribut baru turun ke lapangan melihat penderitaan rakyat, berkantor di daerah bencana untuk sekedar tebar pesona, agar mendapat simpati publik, agar bisa dipilih lagi tahun 2009. Uh..terlambat Pak, Bu!
Sebenarnya bukan hal-hal teknis seperti itu yang membuat saya ANTI menjadi istri kepala daerah atau apapun yang berhubungan dengan kekuasaan. Korupsi dan Selingkuh Bo!. Itu sudah menjadi hal lumrah bahkan jangan-jangan dilegitimasi masyarakat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa menjadi kepala daerah (baca: pemegang kekuasaan) sangat rentan dengan godaan-godaan duit, baik karena terpaksa, solider ataupun rakus (baca: khilaf). Yang alasan lobby lah, alasan gak enak menolak fasilitas pejabat, yang menyenangkan bos lah, yang demi kebaikan korps lah, yang demi menutupi biaya-biaya tak terduga, biaya tamu, ikut trend biar keren dsb.
Makanya kemaren setelah saya tahu mantan kekasih saya punya minat dan ambisi menjadi orang nomor satu di daerahnya, maka saya lebih baik mundur-tepatnya mundur teratur and tau diri, karena tidak bisa memenuhi syarat-syarat beliau, tidak bisa memenuhi impiannya (baca: ditolak mentah-mentah karena saya bukan tipe idealnya) No thanks, karena saya yakin, saya akan berubah menjadi seorang istri/perempuan yang kehilangan identitas. Trust me. Apalah arti duit dan kekuasaan tetapi hati tersiksa karena dijadikan obyek pendukung untuk alasan-alasan politis, apalagi kalau sejak awal sudah ada rencana mau poligami.
Maksud lo si anu…? Wakakakkkkkkk….! Plis dech!
Ah..saya merindukan pengacara kampung yang dulu itu…
[1] Congok bhs medan = rakus
No comments:
Post a Comment