Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia, karena adanya kebutuhan makanan setiap hari. Nilai-nilai sejarah, budaya dan komunitas menyatu dalam pertanian, termasuk bagaimana manusia memelihara tanah, air, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan, mempersiapkan dan menyalurkan pangan dan produk lainnya.
Dulu sebelum mengenal pupuk kimia, petani menggunakan kearifan lokal seperti pemuliaan benih secara alami, penanaman bergilir dan penggunaan pupuk alami. Hasilnya bagus, penyakit tanaman belum seberapa banyak dan aneh-aneh, tanah masih gembur dan subur.
Kemudian petani dikenalkan pupuk kimia pada tahun 1970-an melalui program bantuan pemerintah. Hasil produksi meningkat, hingga saat itu pertanian bisa mengekspor beras/swasembada pangan.
Kemudian petani dikenalkan pupuk kimia pada tahun 1970-an melalui program bantuan pemerintah. Hasil produksi meningkat, hingga saat itu pertanian bisa mengekspor beras/swasembada pangan.
Namun tahun semakin tahun grafik pertanian semakin menurun. Lahan mengalami degradasi mutu akibat pupuk kimia yang berlebihan. Sampai akhirnya disadari ketergantungan pupuk kimia sangat merugikan petani, dosis pemakaian terus meningkat, harga pupuk terus naik dan terjadi kelangkaan. Hal ini diperparah dengan adanya sistim tata ekonomi yang mengarahkan ke pasar bebas.
Tahun 1990-an petani dikenalkan lagi dengan bibit unggul hasil rekayasa genetik yang cepat produksi dan tahan serangan hama. Namun akibat dari masuknya benih tersebut mengancam keanekaragaman hayati, termasuk resistensi hama dalam negri.
Seiring dengan perubahan iklim, muncul pula virus yang menyerang manusia melalui ternak seperti virus flu burung dan virus influenza A tipe H1N1 yang menyerang babi. Hal ini mempengaruhi lingkungan dan kesehatan manusia.
Pembangunan pertanian yang tujuannya meningkatkan ketahanan pangan, meningkatkan kesejahteraan petani dan pengembangan agribisnis (Anonym, 2005) serta menjaga lingkungan hidup dihadapkan pada seperangkat aturan yang disepakati negara dengan lembaga keuangan internasional. Pertanian diarahkan pada ekspor impor dalam sistim perdagangan bebas yang kompetitif, sehingga menggusur petani kecil sebagai penghasil pangan lokal.
Pada sisi lain, konsumsi pangan sebagian masyarakat yang berpendapatan menengah dan tinggi terus mengalami pertumbuhan. Indonesia terpaksa mengimpor komoditas pangan dalam jumlah relatif besar seperti beras, jagung, kedelai, daging dan susu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Saat ini Indonesia merupakan negara pengimpor hasil ternak terutama daging sapi, ternak hidup, dan bibit ayam ras. Dari sisi industri, Indonesia mengimpor kulit ternak, bahan baku pakan asal ternak seperti meat meal dan bone meal, tepung ikan, jagung dan berbagai feed suplement pakan ternak. Ketergantungan bahan utama industri dari impor ini sangat mempengaruhi perkembangan peternakan serta memperlihatkan ketidakmampuan untuk mengisi permintaan dalam negeri.
Oleh karena itu pertanian dan peternakan masa depan harus dapat menjawab beberapa tantangan, antara lain kemampuan memberikan dukungan pada persediaan pangan dalam negeri namun tetap mengedepankan lingkungan hidup yang baik dan sehat, mempertahankan kedaulatan pangan, memberikan dukungan bagi perkembangan industri dan memanfaatkan keunggulan komparatif, sehingga industri mempunyai daya saing dalam pasar global, dengan tetap meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan inisiatif lokal dalam menghadapi permasalahan lingkungan hidup.
Keberdayaan masyarakat dicirikan dengan timbulnya kesadaran bahwa, mereka paham akan haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat serta, sanggup menjalankan kewajiban dan tanggung jawab untuk tercapainya kualitas lingkungan hidup yang dituntutnya. Kemudian, berdaya yaitu mampu melakukan tuntutan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat. Selanjutnya, mandiri dalam kemampuan berkehendak menjalankan inisiatif lokal untuk menghadapi masalah lingkungan di sekitarnya.
Prasyarat untuk terwujudnya masyarakat berdaya adalah bahwa, masyarakat :
sadar dan paham lingkungan;
mendapatkan informasi yang benar;
memotivasi untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan umum sebagai pencerminan sumbangan individu/kelompok terhadap nasionalisme lingkungan;
tahu caranya;
tidak ada risiko;
mendapat respon yang cukup dari Pemerintah Derah dan DPRD (perlu pengorganisasian)
Beberapa kegiatan yang disarankan terhadap kelompok :
pendidikan globalisasi dan dampaknya pada pertanian
penggunaan informasi teknologi sebagai bahan perbandingan mutu dan harga komoditi menyusun panduan bersama yang berisi kumpulan inisiatif lokal bagaimana memperbaiki kualitas lingkungan hidup, hak akan lingkungan hidup yang baik dan sehat dan apa yang akan dilakukan menghadapi perubahan global.
membuat kesepahaman dan aturan kerja sama, baik dalam kelompok atau dengan kelompok lain juga dengan pemerintah setempat
mendirikan koperasi produk pertanian selaras alam
mengelola limbah pertanian dan peternakan secara terpadu
mendorong pemberian penghargaan atas inisiatif sebagai penanda atas kegiatan pelestarian lingkungan yang telah dilakukan.
mempublikasikan hasil kegiatan pelestarian lingkungan, baik secara langsung maupun melalui media massa.
Pustaka
Alternative Globalization Addressing Peoples and Earth, A background Document. 2005, by Dewan Gereja gereja se-Dunia (DGD)
“Principles of Organic Agriculture”, 2005. by the IFOAM General assembly in Adelaide.
Yusdja Yusmichad dan Nyak Ilham, Juli 2007 An Idea on Future Livestock and Strategy to Bring into Reality Volume 25 No. 1,: 19 – 28, FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Fakih. Mansour. DR, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi. 2001. Insist Press.
Saragih.Sabar, 2006.Pertanian Selaras Alam.Suara Insani Edisi 44/Thn XIII.. YPSM Bina Insani.
Saragih, Sabar, 2006. Mengembangkan padi tanpa pupuk dan pestisida kimia. Suara Insani Edisi 45/Thn XIII, 2006. YPSM Bina Insani.
[1] Makalah disampaikan pada acara konsultasi lingkungan hidup Pelpem GKPS, 23 Juni 2009 di Aula Pelpem GKPS, Pematangsiantar
sadar dan paham lingkungan;
mendapatkan informasi yang benar;
memotivasi untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan umum sebagai pencerminan sumbangan individu/kelompok terhadap nasionalisme lingkungan;
tahu caranya;
tidak ada risiko;
mendapat respon yang cukup dari Pemerintah Derah dan DPRD (perlu pengorganisasian)
Beberapa kegiatan yang disarankan terhadap kelompok :
pendidikan globalisasi dan dampaknya pada pertanian
penggunaan informasi teknologi sebagai bahan perbandingan mutu dan harga komoditi menyusun panduan bersama yang berisi kumpulan inisiatif lokal bagaimana memperbaiki kualitas lingkungan hidup, hak akan lingkungan hidup yang baik dan sehat dan apa yang akan dilakukan menghadapi perubahan global.
membuat kesepahaman dan aturan kerja sama, baik dalam kelompok atau dengan kelompok lain juga dengan pemerintah setempat
mendirikan koperasi produk pertanian selaras alam
mengelola limbah pertanian dan peternakan secara terpadu
mendorong pemberian penghargaan atas inisiatif sebagai penanda atas kegiatan pelestarian lingkungan yang telah dilakukan.
mempublikasikan hasil kegiatan pelestarian lingkungan, baik secara langsung maupun melalui media massa.
Pustaka
Alternative Globalization Addressing Peoples and Earth, A background Document. 2005, by Dewan Gereja gereja se-Dunia (DGD)
“Principles of Organic Agriculture”, 2005. by the IFOAM General assembly in Adelaide.
Yusdja Yusmichad dan Nyak Ilham, Juli 2007 An Idea on Future Livestock and Strategy to Bring into Reality Volume 25 No. 1,: 19 – 28, FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Fakih. Mansour. DR, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi. 2001. Insist Press.
Saragih.Sabar, 2006.Pertanian Selaras Alam.Suara Insani Edisi 44/Thn XIII.. YPSM Bina Insani.
Saragih, Sabar, 2006. Mengembangkan padi tanpa pupuk dan pestisida kimia. Suara Insani Edisi 45/Thn XIII, 2006. YPSM Bina Insani.
[1] Makalah disampaikan pada acara konsultasi lingkungan hidup Pelpem GKPS, 23 Juni 2009 di Aula Pelpem GKPS, Pematangsiantar