Seringkali kita memakaikan ukuran KITA kepada orang lain sehingga ketika ukuran yang kita maksudkan tidak memenuhi standar kita, tidak pas, atau tidak cocok, maka kita menjadi kesal, jengkel bahkan frustasi.
Betapa bahagianya kita jika dilihat dan diukur seperti bagaimana kita ingin dilihat dan diukur. Nah!
Contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari yang saya alami adalah ketika banyak orang mempertanyakan status kelajangan saya.
Mereka menganggap/berpendapat saya tidak berbahagia karena tidak punya suami (baca: seharusnya laki-laki yang seharusnya menjaga, mendampingi, menjadi teman tidur?, menjadi teman curhat? memberi bayi? atau mendampingi kalo jalan-jalan hi..hi) pokoknya menurut mereka hidup saya tidak pas dan belum lengkap!
Mereka menganggap PASTI saya kesepian dan tertekan karena hari gini "tidak punya pasangan seumur hidup" well, mungkin saja pendapat mereka tidak salah- namun juga belum tentu benar, karena mereka lupa, bahwa semua yang mereka pikirkan adalah menurut ukuran mereka bukan menurut ukuran saya. Apalagi bagi para perempuan yang bercerai dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga, disia-siakan suami? bahkan tidak diberi nafkah...weleh (ini bahasan lain dalam feminisme). Bagi mereka sayalah manusia beruntung karena tidak mengalami penderitaan (?) seperti mereka.
Saya pernah mendengar kata-kata yang diucapkan dari mitra kerja saya, sebuah filosofi jawa tentang kebenaran: ada 3 kebenaran di dunia ini, satu kebenaran menurut diri pribadi atau diri kita sendiri, kedua kebenaran menurut masyarakat/orang banyak dan ketiga kebenaran sejati menurut Tuhan. Wuih..! Sejak saat itu saya santai-santai aja-apalagi setelah membaca 2 buku bagus yang membuka wawasan saya, yaitu berjudul dusta-dusta yang diyakini kaum wanita dan kebohongan yang diberitakan gereja terhadap perempuan. Yup, sejak berabad lalu, perempuan selalu dibohongi untuk meyakini dan memenuhi standar yang dipakai laki-laki :-)
Contoh lain, dalam bekerja kita sering menstandarkan ukuran kepintaran, kemampuan, sistematisasi berpikir, kegesitan kita bekerja, efisiensi dan efektifitas kita pada rekan kerja atau bawahan kita, sehingga ketika mereka tidak memenuhi standar kita bahkan ketika hasil kerja tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita jadi uring-urungan, kesal dan frustasi. Akhirnya keluar kata-kata yang akhirnya kita sesali :-(
Hmmm.., bisa gak ya merubah diri kita menjadi lebih santai?, menerima kekurangan orang lain, please deh rasanya gak enak banget kalo kita dipaksa menurut standar/ukuran orang lain! Lihatlah seseorang seperti mereka ingin dilihat, ukurlah mereka dengan ukuran yang mereka inginkan dan mari mencintai mereka apa adanya. Dengan begitu barangkali, anda akan lebih dicintai, paling tidak bisa membuat orang lain sedikit terhibur-ditengah keruwetan dunia ini.
Tindakan selanjutnya buatlah daftar orang-orang yang sudah anda sakiti dengan "ukuran standar anda" , yang selama ini terlanjur terucapkan. Kalau berkenan ya traktir mereka tanpa penjelasan he..he.
No comments:
Post a Comment